Pemerintah Kota Yogyakarta telah menerbitkan SE No 660/6123/SE/2022 Tentang Gerakan Zero Sampah Anorganik, yang bertujuan untuk mengurangi jumlah timbulan sampah yang masuk ke TPA maka masyarakat dan pelaku usaha memiliki tanggung jawab untuk mengelola sampah yang timbul dari akivitas sehari-hari/dari sumbernya, termasuk salah satunya yakni sampah organik. Dengan berjalannya Gerakan Zero Sampah Anorganik sampai saat ini pengurangan sampah di Kota Yogyakarta sudah mencapai 64 ton/hari.

Sejalan dengan terbitnya SE No 660/6123/SE/2022 Tentang Gerakan Zero Sampah Anorganik maka Pemerintah Kota Yogyakarta melalui Dinas Lingkungan Hidup Kota Yogyakarta, mendorong masyarakat melalui Bank Sampah pada setiap wilayah untuk mengelola sampah organik yang dihasilkan secara mandiri salah satunya yaitu dengan “Gerakan Biopori Pengolah Sampah Organik”.

Pelatihan Kader Biopori ini bekerja sama dengan Sekolah Sampah Forum Bank Sampah Kota Yogyakarta sebagai Pemateri, dan instruktur praktek pembuatan biopori, diikuti oleh Bank Sampah di Kota Yogyakarta sebagai peserta pelatihan yang nantinya setiap Bank Sampah akan mendapatkan 40 set biopori maka sampah organik yang akan dikelola adalah 10,2 ton/hari dengan asumsi 1 Biopori dapat mengelola sampah 1 kg/hari yang artinya hal tersebut dapat menjadi upaya sebagai pengurangan jumlah sampah yang akan dibuang ke TPA.

Pemilihan pengolahan sampah organik dengan metode biopori pada pelatihan ini, didasarkan pada beberapa aspek, diantaranya : 

• biopori tidak memerlukan lahan yang luas
• pembuatan dan perawatan lubang biopori lebih mudah dan murah 
• proses pengomposan memanfaatkan biota tanah
• dan lubang biopori yang cukup dalam dapat meminimalisir timbulnya bau.

Harapannya dengan diadakannya Pelatihan Kader Biopori ini dapat mendorong peran aktif masyarakat dalam mengelola sampah dari sumbernya dengan melibatkan Bank Sampah sebagai kader untuk bisa melakukan pengelolaan sampah dan juga sebagai pionir dari bentuk pengelolaan sampah di Wilayah.